Hi! Welcome to Chiaki's Blog.
Disclaimer
Welcome to my blog. Before anything else please follow these rules : No ripping, spamming, and any type of childish acts. Respect is a must. Best-viewed with screen resolutions 1024x768. Enjoy your stay and have fun!
Young Lady
Beautiful,Gorgeous,Sweet
Navigations
Click TableofContents tab first be4 reading ♥ Profile Blog Table of Contents Links Photos Credits
I am ME
I'm no longer Nagisa Tsukihara. Now, my name is Chiaki Kashiwabara.

Doing...
Feeling : excited
Eating : ramen
Doing : nothing
Watching : reality show
Listening to : otsuka ai

Tagboard

Daily Reads
Ryokubita | IndoHogwarts | Naoto Matsushima | Nabelle M. Elsveta | Zeus Pierre | Hiroshi Nagata

Rotten Things
Desember 2009 |

Our First Meeting (via RC)
Hello~

Music
Music Here!

Our Second Meeting #8
Written at Senin, 14 Desember 2009 | back to top

Nagisa Tsukihara a.k.a Chiaki Kashiwabara


Kedua hazelnya tak lepas memandang sosok Nagata saat pemuda itu melangkah menuju counter penjual makanan dan memesankan makanan untuk Chiaki dan juga dirinya sendiri. Entah apa yang membuat Chiaki sulit melepaskan pandangan dari pemuda itu, rasanya ada sesuatu yang membuatnya ingin terus melihatnya. Aneh. Chiaki belum pernah mengalami hal seperti ini, bahkan pada Naoto. Mungkin itu karena dia masih terlalu muda saat berpacaran dengan Naoto sehingga belum mengerti dengan perasaan-perasaan aneh seperti yang sekarang dia alami pada Nagata. Perasaannya pada Naoto bisa dibilang bukan cinta melainkan rasa sayang dan ingin melindungi seorang sahabat. Karena itulah, sampai saat ini Chiaki belum melupakan Naoto apalagi setelah yang dilakukannya terakhir kali pada pemuda jangkung yang ceria itu.

Gadis belia itu mengalihkan pandangannya ke jendela saat melihat Nagata berbalik dan berjalan kembali ke mejanya. Malu kalau ketahuan dia sedang memperhatikan pemuda itu. Chiaki menelan ludah untuk mengurangi kegugupan yang tiba-tiba hadir di hatinya. Oh bulan, apakah suasana canggung ini terjadi akibat cahaya lembutmu dan lagu yang diputarkan di ruangan ini?

"Yakin, kau bisa menghabiskan ramen-nya?" tanya Nagata sambil terkekeh kecil. Pemuda itu sendiri memesan satu paket bento jumbo yang kelihatannya sangat enak. Mungkin aku akan mencobanya lain kali, pikir Chiaki saat melihat beragam isi dalam bento jumbo Nagata. Sejak kecil, gadis belia ini memang sudah suka makan. Mungkin karena kekayaan keluarganya membuat dia bebas mencoba makanan apapun yang ada. Tentu saja, makanan favoritnya adalah masakan Jepang.

"Un—mochiron yo!" jawab Chiaki sambil tersenyum memamerkan sederet gigi-giginya yang putih. Saat makan memang menjadi saat paling santai bagi gadis belia itu. Ditambah dengan suasana romantis dan seorang pemuda baik hati dan tampan di hadapannya. Jujur, Chiaki sangat merindukan semua ini. Kau takkan bisa bayangkan betapa banyak hal yang telah direnggut dari kehidupan Chiaki. "Itadakimasu!"

Chiaki memisahkan sumpit kayunya menjadi dua dengan satu tarikan lalu mulai menyantap ramen buatan kantin sekolah itu dengan lahap. Tangan kirinya sibuk menahan rambut panjangnya supaya tidak masuk ke dalam kuah ramen sementara tangan kanannya sibuk menyeburkan ujung sumpit ke dalam mangkuk dan membuat gulungan besar ramen di sumpitnya lalu melahapnya bulat-bulat. Kedua pipinya mulai memerah karena sensasi panas yang ditimbulkan oleh kuah ramen tersebut. Benar-benar, saat makan, nona muda satu ini terlihat begitu bahagia.

"Uhm, Ka-kashiwa err,keberatan bila aku panggil Chiaki saja?"

"Uhm, boleh saja," jawab gadis itu singkat setelah selesai mengunyah ramen di mulutnya, "Oishii...," ujarnya lagi setelah menghabiskan seluruh ramen yang ada di mangkuk besarnya.

"Err, besok ada pertandingan sepakbola antara Ryokubita dan Ouran Akademii di sekolah kita, dan aku bermain di dalamnya..." pemuda tanggung itu menarik napas sejenak,"..bisakah kau datang untuk menonton dan mendukungku?"

Chiaki kini menatap pemuda di hadapannya dengan tatapan sedikit terkejut meski di dalam, jantung Chiaki berdebar keras. Malu ketika menyadari bahwa hatinya senang karena pemuda itu mengundang Chiaki menyaksikan pertandingan sepakbolanya. Chiaki tak boleh girang dulu, belum tentu hanya dia yang diundang. Pemuda yang tampan seperti Nagata pasti punya banyak teman perempuan yang menyukainya. Jangan-jangan malah saat ini dia sedang dipandangi dengan tatapan iri gadis-gadis lain. Spontan gadis belia itu menggulirkan hazelnya ke sekeliling ruangan, memastikan apakah pikirannya itu benar atau tidak. Oke, ternyata dia salah. Hehe.

"A... aku tak ada kegiatan, sih. Memangnya pertandinganmu jam berapa?" ujar gadis belia itu berusaha menyembunyikan perasaan senangnya dalam-dalam.

Dengan buru-buru, gadis belia itu mengangkat mangkuk ramennya ke mulut. Untuk apa? Menghabiskan kuahnya, tentu. Sekaligus menutupi perasaan senang yang sedari tadi memenuhi hatinya. Ini benar-benar di luar dugaan Chiaki. Setelah sekian lama menutup hatinya pada kaum adam, kini satu sosok pemuda yang baru dikenalnya bisa membuatnya sedemikian senang. Meski demikian, Chiaki tahu dia tak boleh percaya seratus persen pada Nagata. Tidak secepat itu.

Gadis belia itu tak menyadari saat meletakkan kembali mangkuknya di meja bahwa ada secuil rumput laut rebus menempel di sudut bibirnya dan dia tersenyum pada Nagata.

Label: