Hi! Welcome to Chiaki's Blog.
Disclaimer
Welcome to my blog. Before anything else please follow these rules : No ripping, spamming, and any type of childish acts. Respect is a must. Best-viewed with screen resolutions 1024x768. Enjoy your stay and have fun!
Young Lady
Beautiful,Gorgeous,Sweet
Navigations
Click TableofContents tab first be4 reading ♥ Profile Blog Table of Contents Links Photos Credits
I am ME
I'm no longer Nagisa Tsukihara. Now, my name is Chiaki Kashiwabara.

Doing...
Feeling : excited
Eating : ramen
Doing : nothing
Watching : reality show
Listening to : otsuka ai

Tagboard

Daily Reads
Ryokubita | IndoHogwarts | Naoto Matsushima | Nabelle M. Elsveta | Zeus Pierre | Hiroshi Nagata

Rotten Things
Desember 2009 |

Hello~

Music
Music Here!

Our First Meeting (via RC)
Written at Jumat, 11 Desember 2009 | back to top

今日は!

Photobucket

Chi belum resmi terdaftar di Ryokubita nih! Jadi kerjaan Chi sekarang adalah Role Chat!! Kemarin sebenarnya ada Role Chat dengan Tetsuyama Ikuya, tapi berhubung akhir kisahnya menjadi kacau balau nan OOC. Si uQ tidak mempostkannya disini melainkan di blognya sendiri. LMAO.

Nah di bawah ini adalah Role Chat antara Chiaki dan Naga. Di pertemuan kesekian yang berlokasi di dekat Lapangan Sepakbola Ryokubita.



Photobucket


Jum'at pagi itu, Naga kembali pada rutinitasnya seperti biasa--lari pagi keliling Ryokubita. Hmm, kalau dipikir-pikir, semakin lama ini semakin terasa membosankan, hanya berlari dan terus berlari melalui rute yang sama. Tapi pagi itu, tampaknya ada yang berbeda. Kehadiran seorang anak perempuan yang duduk di bangku sisi trotoar, mengusiknya. Naga pernah melihat anak itu sebelumnya, entah di mana. Dan raut muka anak itu, entah kenapa mengingatkannya pada Ishibashi adik yang pemurung. Hal ini, mengganggu, asal kau tahu. Meski Naga tidak dapat menahan diri untuk menyapa gadis itu.

"Kau, sedang apa di sana?"
, oke. Salah nada. Lagi-lagi Naga menggunakan nada dingin andalannya. Cih. Sial sekali.




Orang jahat. Itu impresi pertama yang terbersit di benak Nagisa saat seorang anak laki-laki menghampiri dan menyapanya dengan nada dingin. Nagisa menatap anak laki-laki itu dengan tatapan terkejut. Gadis itu tak mengerti apa yang salah dengan dirinya. Dia hanya duduk di bangku yang ada di sisi trotoar—memikirkan keluarganya yang masih ada di luar negri. Ya, hanya Nagisa sendiri yang kembali ke Jepang dengan nama baru sebagai penyamaran agar tak ditemukan oleh yakuza yang membuat oyaji terbunuh.

Gadis itu cepat-cepat bangkit dari kursinya, memasang kuda-kuda untuk segera berlari apabila anak laki-laki itu hendak berbuat macam-macam padanya. "Aku hanya melamun," ujarnya pelan.




Oke, mungkin memang Naga yang salah telah menyapa gadis di depannya ini dengan nada dingin. Yeah, nada yang sama sekali pantang digunakan ketika kau hendak menyapa seorang gadis yang menarik perhatianmu. Well, jangan salahkan Naga, pengalamannya dengan sesuatu bernama cinta hanya sebatas--ah, lupakan saja semua tentang Ishibashi adik. Tapi, jawaban gadis itu, di luar perkiraannya. Melamun, hmm?

"Sepertinya melamun bukan suatu pilihan yang bagus di pagi cerah seperti ini,"
ujar Naga masih dalam nada dingin, meski tidak sekasar perkataannya yang pertama.




Gadis itu masih terus menatap anak laki-laki di hadapannya dengan waspada. Memang, sih tak mungkin suruhan yakuza itu sampai mengejarnya masuk ke sekolah ini. Tapi, tetap saja Nagisa takut. Lepas dari yakuza, Nagisa pernah dilecehkan dua kali oleh dua orang laki-laki yang terlihat sebagai orang baik-baik. Membohonginya dengan dalih ingin membantu padahal ternyata mereka hanya mengincar tubuhnya. Bagaimanapun, Nagisa sekarang harus sangat berhati-hati pada siapapun agar kejadian mengerikan itu tak terjadi lagi untuk ketiga kalinya.

"Bu... bukan urusanmu."





Bukan urusan Naga? Well, jawaban yang bagus, nona. Meski jujur, ini bukan jawaban yang Naga inginkan dari nona di depannya ini. Memangnya kau ingin apa, eh Naga?

"Sayang sekali, padahal aku tahu hal lain yang mungkin jauh lebih menyenangkan bagimu daripada melamun di pagi buta begini," ujar Naga seraya mencoba tersenyum singkat. Yeah, Naga hanya ingin mengenal gadis ini, tidak salah 'kan?




Kamisama, anak laki-laki itu tak mau pergi. Nagisa takut. Tubuh gadis itu sedikit bergetar, masih teringat akan trauma masa lalunya. Ia berusaha mati-matian untuk menepis pikiran negatifnya tentang anak laki-laki di hadapannya. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri lalu kembali duduk di bangku.

"A... apa?"
Maksudnya hal apa yang lebih menyenangkan, gadis itu terlalu ketakutan untuk menyelesaikan kalimatnya.




Naga mengerling heran pada gadis dihadapannya ini. Ekspresi anak ini saat Naga mencoba mengajaknya bicara tampak aneh. Harap koreksi kalau Naga salah, tapi anak ini tampak takut? Memangnya seseram itukah wajah dinginnya di mata gadis ini? Tapi tunggu dulu, gemetar bukan selalu tanda takut 'kan? Bisa jadi gadis ini kedinginan, yeah, ini sudah agak siang, tapi tetap saja masih dingin karena saat ini sudah memasuki musim gugur. Euh entahlah, ekspresi seorang wanita memang tidak pernah bisa ditebak.

"Yeah, seperti misalnya melihat matahari terbit dari atas bukit kuil disana,"
ujar Naga sambil menunjukkan arah kuil, "Atau pergi ke--"O-OI NAGATA! JANGAN KABUR DARI LATIHAN BOLA!", euh sial. Itu Inamoto-senpai, sang kapten. Cih, muncul di waktu yang amat sangat tidak tepat. "Yeah, mungkin kita bisa coba ke sana bersama lain kali," ujar Naga sambil mengerling ke arah senpai-nya yang menunggunya di seberang sana. "Aku sedang ada urusan, maaf sudah mengganggu-mu, Nona," ujar Naga sopan sambil menatap lurus gadis di depannya ini.

"Dan ini, pakai saja, tampaknya kau kedinginan, ya?", ujar Naga sambil melepas jaket tim bola-nya yang berwarna biru tua dengan bordiran NAGATA di bagian punggungnya, lalu memberikannya pada gadis itu. Sebelum akhirnya ia pergi sambil menganggukkan kepalanya.




Gadis itu terpana saat anak laki-laki itu tiba-tiba memberikan jaket padanya setelah menawarkan pergi melihat matahari terbit di bukit kuil dan entah pergi kemana lagi. Ucapannya terpotong karena dipanggil seseorang yang sepertinya kapten tim sepakbola Ryokubita. Gadis itu menggenggam jaket biru tua tersebut dan tertawa kecil saat membayangkan alasan apa kira-kira yang membuat anak laki-laki tersebut memberinya jaket. Dia mengira Nagisa gemetar karena kedinginan, kah?

Gadis itu kembali menegakkan kepalanya dan memandangi sosok anak laki-laki itu dari kejauhan. Ada sedikit rona merah di pipinya. Semburat rasa senang sekaligus rasa bersalah karena telah bersikap berlebihan saat anak laki-laki yang baik itu menyapanya. Mudah-mudahan lain kali, aku akan mampu membalas sapaannya tanpa perlu merasa takut. Bagaimanapun, jaket ini nanti harus dikembalikan, bukan?

Perlahan jemarinya mengusap bordiran nama pada bagian punggung jaket biru tua tersebut. Jalinan aksara bertuliskan surname anak laki-laki itu.

"Nagata. Arigatou."

Sepertinya, hari-hari Nagisa di Ryokubita mulai sekarang akan jadi sedikit lebih baik. Meski dia belum yakin sepenuhnya, tapi gadis itu merasa bahwa Nagata bukanlah orang jahat seperti yang dikiranya.

-Fin-

Label: